B
A B I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
demikian pesatnya, sehingga merupakan peluang bagi setiap perusahaan untuk
dapat meningkatkan produktivitasnya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
dan sistem manajemen yang baik merupakan produk dari perkembangan dan kemajuan
tersebut.
Pos kas
merupakan suatu harta yang sangat peka terhadap penyelewengan kekayaan
perusahaan. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatannya selalu membutuhkan
kas. Kas dalam wujud fisiknya adalah salah satu aset yang mudah
dipindahtangankan, karena kas sifatnya sangat likuid dan bisa diterma oleh
siapa pun. Oleh karena itu perusahaan harus menerapkan suatu perencanaan dan
pengendalian kas yang tepat agar tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan
kas.
Selain kas
sangat berperan dalam kelancaran kegiatan operasional perusahaan, kas juga
sangat mudah untuk disalah gunakan/ disalah fungsikan oleh pihak – pihak
tertentu yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu perlu adanya suatu perhatian
yang cukup serius dalam pengelolaan kas yaitu pada perencanaan dan pengendalian
kas.
Laporan arus
kas pada dasarnya adalah laporan arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas,
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak – pihak
berkepentingan baik pihak intern maupun ekstern perusahaan.
Setiap perusahaan
dalam menjalankan operasi usahanya akan mengalami arus masuk kas ( cash inflows) dan arus keluar (cash outflows). Apabila arus kas yang
masuk lebih besar daripada arus kas yang keluar maka hal ini akan menunjukan positive cash flows, dan sebaliknya
apabila arus kas yang masuk lebih kecil dari arus kas yang keluar maka arus kas
yang terjadi menunjukan negative cash flows.
Definisi arus
kas adalah arus masuk dan keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas tercakup
pada laporan tahunan perusahaan, memberikan informasi mengenai arus kas masuk, kas
keluar, dan arus kas setara. Juga menganalisa semua perubahan yang mempengaruhi
kas dalam kategori operasi, investasi dan pendanaan dari suatu perusahaan
selama suatu periode.
Pengendalian
arus kas sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan. Pengendalian adalah proses
mempengaruhi atau mengarahkan aktivitas sebuah obyek, organisasi atau system.
PT. Teras
Studio Musik Angsa Jambi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam Musik
yang kegiatan dan ruang lingkupnya mengenai proses rekaman mixing dan mastering serta
jadwal latihan kursus maupun pendatang, sehingga sangat memerlukan suatu sistem
perencanaan dan pengendalian kontrol yang cukup serius terutama dalam
pengelolaan kas yaitu pada arus kas (cash
flow). Karena pengelolaan arus kas (cash
flow) ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan perusahaan, maka sumber
penerimaan dana dipandang perlu dikelola sumber penerimaan dan pengeluarannya
agar kesinambungan perusahaan tercapai.
Selama hidup
perusahaan maka penerimaan dan pengeluaran kas akan berlangsung terus menerus.
Jadi disinilah peranan internal kontrol kas sangat dibutuhkan agar supaya
efesiensi dan keamanan kas dapat terjamin dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan bagi penulis untuk memilih judul penelitian “ Sistem
Pengendalian Arus Kas Pada Teras Studio Musik Angsa Jambi”.
1.2 Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi masalah pokok penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
pengaruh arus kas (cash flow)
terhadap perencanaan dan pengendalian kas pada PT. Teras Studio Musik Angsa
Jambi ?
2.
Apa
saja sistem pengendalian arus kas pada studio musik?
3.
Bagaimana
cara menerapkan suatu perencanaan dan pengendalian arus kas yang tepat agar tidak terjadi penyimpangan
atau penyelewengan kas?
4.
Bagaimana
menganalisa semua perubahan yang mempengaruhi kas dalam kategori operasi,
investasi dan pendanaan dari suatu perusahaan selama suatu periode ?
1.3 Tujuan
dan Mamfaat Penelitian
a. Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat judul Tugas Akhir ini
diharapkan nantinya dapat digunakan oleh pemilik studio musik Angsa Jambi untuk
mempromosikan usahanya serta memberi informasi dan memudahkan para musisi band
atau masyarakat yang ingin menyewa studio musik dalam menyalurkan hobinya.
Selain itu tujuan lain peneliti juga dapat mengetahui sistem pengendalian arus
kas pada PT. Teras Studio Musik Angsa Jambi.
b. Manfaat
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi:
1. Penulis
Untuk mengetahui bagaimana sistem
pengendalian arus kas yang dilakukan PT. Teras Studio Musik Angsa Jambi sehingga
tercapai pengendalian arus kas yang dapat diandalkan berdasarkan PSAK atau
manajemen menetapkan kebijakan lain.
2. Bagi
Perusahaan
Hasil penelitian dapat digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan atau kelemahan sistem pengendalian arus kas yang
ditetapkan oleh perusahaan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
melakukan perbaikan oleh perusahaan.
1.4 Metode
Penelitian
Adapun metodelogi penelitian yang digunakan penulis dalam
mengumpulkan data adalah :
1) Studi
Lapangan
Penelitian
dilakukan lansung ke studio musik Angsa Jambi yang berada di Jl. Sersan M.
Yunus Rt. 23 No. 02 Kel. Thehok Kec. Jambi Selatan 36138 yang menjadi objek
penelitian dengan cara :
a) Observasi (Pengamatan)
Yaitu tehnik
pengumpulan data secara lansung dilapangan sehingga memperoleh data yang akurat
dan keterangan yang cukup jelas.
b) Interview (Wawancara)
Yaitu pengumpulan
data dengan cara mengadakan wawancara antar pihak PT. Teras Studio Musik Angsa
Jambi dengan peneliti secara lansung agar mendapatkan data yang diperlukan
untuk peneliti menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir tersebut.
2) Studi
Pustaka
Studi pustaka
adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi
yang relavan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti dengan
mencari informasi lewat buku, majalah, koran, internet dan literatur lainnya
yang bertujuan untuk membentuk sebuah landasan teori pada PT. Teras Studio
Musik Angsa Jambi.
1.5 Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari tugas akhir ini adalah :
Berdasarkan latarbelakang, dan perumusan masalah
diatas, maka penulis menyusun laporan dalam suatu sistematika penulisan yang
termaktub dalam empat bab.
Bab Pertama merupakan bab pendahuluan yang berisikan
latarbelakang masalah perumusan
masalah,tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sisitematika
penulisan.
Bab Kedua merupakan
cakupan landasan teori yang terdiri dari:
……………………………..( sub-sub bab sesuai dengan topik yang dibahas)
Sedangkan pada Bab
Ketiga, bab pokok dalam penulisan laporan tugas akhir ini. Dalam bab ini
mencakup : gambaran umum perusahaan, (yang terdiri dari beberapa sub bagian),
pembahasan dan hasil dari penelitian yang dilakukan.
Terakhir Bab Keempat,
adalah bab penutup yang berisi kesimpulan yang dapat dibuat dan saran – saran
yang dirasa perlu.
B A B II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pengendalian Intern Arus
Kas
2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian
Intern
Sistem
Pengendalian Intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak digunakan
berbagai kepentingan. Istilah Pengendalian intern diambil dari terjemahan
istilah “Internal Control” meskipun demikian penulis menterjemahkan sebagai
pengawasan intern, untuk istilah tersebut hal ini tidaklah menjadi masalah
karena tidak mengurangi pengertian Sistem Pengendalian Intern secara umum.
Sebagaimana
diketahui bahwa definisi Pengendalian Intern yang dikemukakan commite on
Auditing Procedur American Institute of Carified Public Accountant (ICPA)
adalah sebagai beirkut :
Pengendalian
intern mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang telah
digunakan dalam perusahaan untuk mengamankan aktivanya, mengecek kecermatan dan
keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan mendorong
ketaatan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan pimpinan (James
1997:155).
Kemudian D.
Hartanto memberikan penjelasan tentang Pengendalian Intern dengan membedakan
kedalam arti yang sempit dan dalam arti luas secara lengkap disebutkan :
Dalam arti
sempit : Pengendalian Intern disamakan dengan “Internal Check” yang merupakan
prosedur-prosedur mekanisme untuk memeriksa ketelitian dari data-data
administrasi, seperti mencocokkan penjumlahan Horizontal dengan penjumlahan
Vertikal.
Dalam arti
luas: Pengendalian Intern dapat disamakan dengan “Manajemen Control”, yaitu
suatu sistem yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk mengawasi/mengendalikan perusahaan. Dalam pengertian
Pengendalian Intern meliputi : Struktur Organisasi, formulir-formulir dan prosedur
pembukuan dan laporan (Administrasi), budget dan standart pemeriksaan intern
dan sebagainya. (Hartanto, 1997 : 51).
Sedangkan Zaki
Baridwan juga dapat mengartikan Pengendalian Intern sebagai berikut :
Pengendalian
Intern meliputi rencana organisasi dan metode serta kebijaksanaan yang
terkoordinir dalam suatu perusahaan untuk mengamankan harta kekayaan, menguji
ketepatan dan sampai berapa jauh data akuntansi dapat dipercayai, menggalakkan
efisiensi usaha dan dapat mendorong ditaatinya kebijaksanaan pimpinan yang
telah digaris bawahi. (Zaki, 1998: 97)
Dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) Pengendalian Intern di definisikan sebagai
berikut:
“Sistem
Pengendalian Intern meliputi organisasi serta semua metode dan ketentuan yang
terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta
miliknya, mencek kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan
efisiensi usaha, dan mendorong di taatinya kebijakan manajemen yang telah
digariskan.”
Pengendalian
Intern sebagai Manajemen Control (Arti Luas). Selanjutnya apabila unsur-unsur
yang terdapat pada Sistem Pengendalian Intern yang telah sesuai dengan definisi
di kelompokkan dua sub sistem, maka kedua sub sistem tersebut terdiri dari sub
sistem “Pengendalian Administrasi (Administrative Control) dan “Pengendalian
Akuntansi” (Accounting Control). Pembagian dalam sub sistem ini secara langsung
dan lengkap dalam buku Norma Pemeriksaan Akuntansi, jadi dalam arti yang luas,
Sistem Pengendalian Intern mencakup pengendalian yang dibedakan atas pengendalian
Intern yang bersifat accounting dan administrasi. (Ikatan Akuntansi Indonesia,
1998 : 23).
Dari keempat
definisi yang diungkapkan di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa, Sistem
Pengendalian Intern merupakan suatu “Sistem” yang terdiri dari berbagai macam
unsur dengan tujuan untuk melindungi harta benda, meneliti ketetapan dan
seberapa jauh dapat dipercayai data akuntansi, mendorong efisien operasi dan
menunjang dipatuhinya kebijaksanaan Pimpinan.
2.1.2
Tujuan Pengendalian Intern
Pengendalian Intern
yang diciptakan dalam suatu perusahaan harus mempunyai beberapa tujuan. Sesuai
dengan definisi yang dikemukakan AICPA tersebut diatas, maka dapatlah
dirumuskan tujuan dari Pengendalian Intern yaitu :
a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan.
b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data
akuntansi.
c. Memajukan efisiensi operasi perusahaan.
d. Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen
yang telah ditetapkan lebih dahulu untuk dipatuhi. (Zaki, 1999:14).
Untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut, maka perlu adanya syarat-syarat tertentu untuk
mencapainya, yaitu unsur-unsur yang mendukungnya, dan untuk ini pembahasannya
akan dikemukakan sub tersendiri.
2.1.3
Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Dalam buku
Akuntansi Keuangan (Zaki, 1999; 15) bahwa penerapan unsur-unsur sistem
pengendalian intern dalam suatu perusahaan tertentu harus mempertimangkan biaya
dan manfaatnya. Suatu Sistem Pengendalian Intern yang baik haruslah bersifat
cepat, murah dan aman, sehingga perusahaan dapat menjalankan operasinya dengan
lancar, terjamin keamanannya dan biaya pengawasan yang dibutuhkan relatif tidak
mahal.
Prinsip-prinsip
umum Sistem Pengendalian Intern hanya berlaku sebagai pedoman, bukan merupakan
suatu keharusan yang ditetapkan secara baku. Meskipun demikian, AICPA
mengemukakan bahwa suatu Sistem Pengendalian Intern yang memuaskan akan
bergantung sekurang-kurangnya empat unsur Pengendalian Intern adalah sebagai
berikut :
a. Suatu struktur organisasi yang memisahkan
tanggung jawab fungsional secara tepat.
b. Suatu sistem wewenang dan prosedur
pembukuan yang baik berguna untuk melakukan pengawasan akuntansi yang cukup
terhadap harta milik, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya.
c. Praktek-praktek yang sehat haruslah
dijalankan didalam melakukan tugas-tugas dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam
organisasi.
d. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang
sesuai dengan tanggung jawab.
Unsur-unsur
tersebut diatas adalah sangat penting dan harus diterapkan secara bersama-sama
dalam suatu perusahaan, agar terdapat adanya Sistem Pengendalian Intern yang
baik, sebab kelemahan yang serius dalam salah satu diantaranya, pada umumnya
akan merintangi sistem itu bekerja dengan lancar dan sukses.
2.2 Pengelolaan Kas
2.2.1 Pengertian Kas dan Arus Kas
Menurut PSAK No.2 2002, kas difenisikan sebagai berikut:
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan
rekening giro dan setara kas (cash equivalent)adalah investasi yang sifatnya
sangat likuid berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam
jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.
Menurut PSKA No.9 2002, Kas didefinisikan sebagai
berikut: “Kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk
membiayai kegiatan umum perusahaan”.
Menurut (Baridwan, 2002:85) Kas didefinisikan
sebagai:
“Kas merupakan salah satu alat pertukaran dan juga
digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva
yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah. Hampir pada setiap
transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Daya beli uang bisa
berubah-ubah mungkin naik atau turun tetapi penurunan daya beli ini tidak akan
mengakibatkan penilaian kembali terhadap kas.”
Menurut (Sartono, 2000 : 519 ) menyatakan bahwa Kas
adalah seluruh uang tunai yang ada ditangan ( cash on hand ) dan dana yang disimpan
dibank dalam berbagai bentuk deposito dan rekening koran.
Menurut (Indrigo dan Basri, 1999 : 61 ) menyatakan
bahwa:
Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang
ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan
sebagai alat pembayaran kebutuhan financial yang mempunyai sifat paling tinggi
tingkat likuiditas.
Sedangkan menurut (Suad Husnan dan Enny
Pudjiastuti, 1998 : 111 ) menyatakan bahwa :Kas merupakan bentuk aktiva yang
paling likuid yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial
perusahaan.
Jadi kas merupakan aktiva lancar yang paling liquid
dan terdiri dari “pos-pos” yang berlaku sebagai alat tukar dan memberikan dasar
pengukuran akuntansi.
Kas yang ada di perusahaan adalah uang kas yang
dibutuhkan untuk melakukan pembayaran-pembayaran tunai dan juga sarana untuk
menerima penerimaan-penerimaan dari hasil usaha. Sedangkan rekening giro dapat
digolongkan sebagai saldo kas karena pada dasarnya fungsinya sama dengan kas
yang ada di perusahaan (cash on hand).
Setara kas (cash equivalent) menurut PSAK No.2
2002, disebutkan bahwa setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka
pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan
setara kas, suatu investasi dapat digolongkan sebagai setara kas dengan
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Suatu
investasi harus segera diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui
tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.
b. Oleh
karena itu suatu investasi dapat dimasukkan sebagai setara kas hanya jika
segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal
perolehannya.
Setara kas adalah uang tunai yang ada dan tersedia
di perusahaan untuk membayar kewajiban yang telah jatuh tempo. Seperti diketahui
pos-pos yang menghasilkan bunga atau deposito berjangka (time deposit) biasanya
digolongkan sebagai kas, namun tidak semua deposito dapat digolongkan sebagai
kas.
Arus kas menurut PSAK No.2 2002, mendefinisikan
sebagai arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Arus kas masuk di
perusahaan secara garis besar dapat digolongkan ke dalam dua sumber, yaitu :
a.
Sumber Internal
Merupakan aliran kas masuk yang diakibatkan oleh
adanya pemanfaatan aktiva tetap.
b.
Sumber Eksternal
Merupakan aliran kas yang berasal dari pemilik,
penanam modal, penjualan penyertaan, serta pinjaman bank atau lembaga keuangan
lainnya.
Arus keluar dari perusahaan secara garis besar juga
dapat digolongkan menjadi dua sumber, yaitu :
a.
Sumber Internal
Kas dipergunakan untuk memperoleh aktiva tetap,
pendanaan dan pengadaan persediaan, serta investasi yang ditujukan untuk
ekspansi usaha.
b.
Sumber Eksternal
Kas dipergunakan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
yang telah jatuh tempo, seperti biaya pajak, hutang yang harus segera dilunasi
serta pengembalian kepada pemilik.
Menurut Munawir (2000;158) menyatakan bahwa
“Penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan ada yang bersifat rutin atau
terus menerus dan ada pula yang bersifat insiden atau tidak terus menerus”.
Berdasarkan PSAK No.2 2002, setiap perusahaan
diwajibkan untuk membuat Laporan Arus Kas sebagai salah satu laporan keuangan
utamanya. Jadi Laporan Arus Kas dapat didefinisikan sebagai :
“Informasi tentang arus kas suatu perusahaan yang
berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas atau setara kas dan menilai
kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut”.
Smith and Skousen terjemahan Tim Penerjemah
Penerbit Erlangga (1995:194) menyatakan bahwa :
“Laporan arus kas dimaksudkan untuk memberikan
ikhtisar arus masuk dan arus keluar kas untuk suatu periode. Sumber-sumber kas
meliputi arus masuk dari aktivitas operasi inti (utama) perusahaan, aktivitas
sampingan seperti investasi sekuritas (surat berharga), dari aktivitas yang
tidak biasa atau luar biasa dari pembiayaan melalui hutang atau ekuitas.
Penggunaan kas mencakup arus kas keluar guna mempertahankan aktivitas inti
untuk melakukan investasi, termasuk pabrik dan peralatan dan untuk memenuhi
kewajiban terhadap pembiayaan melalui hutang dan ekuitas termasuk pelunasan
hutang, pembayaran deviden dan pembelian kembali saham”.
Berdasarkan PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) tidak
diwajibkan membuat Laporan Arus Kas sebagai laporan keuangan utama. Dalam PAI,
Bab II Pasal 4 dibahas tentang Laporan Perubahan Posisi Keuangan yang bertujuan
untuk mengikhtisarkan aktivitas pembiayaan dan investasi dari suatu perusahaan
dan juga dana yang dihasilkan dari hasil usaha perusahaan selama periode
tertentu. Kemudian berdasarkan Interprestasi PAI No.4 terdapat kebebasan bagi
perusahaan dalam penyajian laporannya, dapat disajikan dalam bentuk laporan
arus kas atau laporan perubahan posisi keuangan. Jadi berdasarkan PAI tidak
diwajibkan untuk membuat laporan arus kas, sehingga dalam pelaksanaannya ada
perusahaan yang memilih bentuk laporan arus kas dan ada juga yang menyajikan
laporan perubahan posisi keuangan. Sesuai dengan SAK yang baru, yaitu
mewajibkan bentuk laporan arus kas sebagai salah satu laporan keuangan utama,
maka bagi beberapa perusahaan laporan ini merupakan jenis laporan keuangan yang
baru.
PSAK No.2 2002, mengklasifikasikan arus kas menjadi
tiga bagian, yaitu arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan (financing).
1)
Aktivitas Operasi
Menurut PSAK No.2 2002, mendefinisikan aktivitas
operasi sebagai : ”Aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal
revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan”.
Menurut (Weygandt, 1999:279) mendefinisikan
aktivitas operasi sebagai :
”Aktivitas operasi mencakup pengaruh atas kas dari
transaksi yang masuk kedalam penentuan laba bersih” .
Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi
merupakan arus kas yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Kegiatan ini
meliputi transaksi pendapatan dan pengeluaran yang berasal dari penjualan
produk atau pemberian jasa layanan yang akan menentukan besar atau kecilnya
laba/rugi bersih. Kegiatan operasi sebuah perusahaan mencakup :
(a). Arus
kas masuk dari penjualan, pemberian layanan, pendapatan deviden, dan pendapatan
bunga.
(b). Arus kas keluar untuk persediaan, gaji,
pengeluaran pajak, pengeluaran bunga, dan pengeluaran lainnya.
Jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan
indikator yang menentukan apakah dari operasinya suatu perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan para sumber pendanaan dari luar.
2)
Aktivitas Investasi
Definisi aktivitas investasi menurut PSAK No.2 2002, adalah :
“Perolehan dan pelepasan aktiva jangka Panjang
serta investasi lainnya yang tidak termasuk setara kas.
Menurut Weygandt (1999:297) aktivitas investasi
adalah :
“Aktivitas investasi mencakup pengadaan dan
penerimaan hutang serta perolehan dan disposisi investasi (baik hutang dan
ekuitas serta kekayaan, pabrik dan peralatan).”
Kegiatan investasi ini mencakup :
a.
Arus kas masuk dari penjualan
aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, aktiva jangka Panjang, penagihan pinjaman
yang diberikan perusahaan.
b.
Arus kas keluar dari pembelian
aktiva tetap, pembelian aktiva lainnya, dan pinjaman yang diberikan perusahaan.
Jadi arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan
penerimaan dan penggunaan sumber daya yang diperoleh perusahaan yang ditujukan
untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
3.
Aktivitas Pendanaan
Definisi aktivitas pendanaan menurut PSAK No.2
2002, adalah : “Aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan.”
Definisi aktivitas pendanaan menurut (Weygandt,
1999:279) adalah Aktivitas pendanaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas
pemilik dan mencakup (a) perolehan modal dari pemilik dan kompensasinya kepada
mereka dengan pengembalian atas dan dari investasi mereka dan (b) pinjaman uang
dari kreditur dan pembayaran kembali hutang yang dipinjam.”
Kegiatan pendanaan meliputi :
(1). Arus kas masuk dari penjualan modal saham dan
penerbitan obligasi, wesel, hipotek, dan pinjaman lain.
(2). Arus kas keluar untuk membeli saham
perusahaan, pembiayaan pokok pinjaman, dan pembayaran deviden tunai.
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari
aktivitas pendanaan dilakukan untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa
depan oleh para pemasok modal perusahaan.
2.2.2 Pengendalian Kas
Penulis baca dalam buku Akuntansi Keuangan (Yusuf,
1999; 174) Sistem Pengendalian Intern Kas pada umumnya adalah melakukan
pengawasan terhadap sistem dan prosedur penerimaan kas dan sistem dan prosedur
pengeluaran kas. Berikut ini uraian tentang kedua sistem dan prosedur tersebut
yaitu:
a.
Sistem dan prosedur penerimaan
kas
Dalam organisasi perusahaan pada umumnya dijumpai
banyak transaksi kas yang biasa atau rutin yaitu penjualan tunai dan penjualan
kredit. Selain itu perusahaan juga mempunyai transaksi lain yang kurang rutin
seperti penerimaan penjualan harta tetap, yang dapat ditangani pejabat tertentu
yang memerlukan prosedur khusus.
Formulir-formulir yang digunakan dalam sistem
akuntansi penerimaan kas yaitu faktur penjualan, kwitansi, credit card sales
slip, surat perintah pengiriman barang, dan bukti setor bank. Buku-buku catatan
yang biasa digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas antara lain jurnal
penjualan, jurnal penerimaan kas, jurnal umum, kartu persediaan, dan kartu
gudang.
Di dalam prosedur penerimaan kas dari penjualan
tunai urutan-urutan kegiatan di mulai sejak pembayaran harga barang, kemudian
barang diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat
oleh perusahaan. Dalam sistem ini, perusahaan menerima uang tunai, cek, atau
pembayaran langsung dari pembeli dengan credit card, sebelum barang diserahkan
kepada pembeli. Jika kas yang diterima berupa cek, bank penjual (bank yang
penjual memiliki rekening giro di dalamnya) kemudian akan mengurus cek kliring
tersebut ke bank pembeli (bank yang pembeli memiliki rekening giro di
dalamnya). Jika kas yang diterima berupa kartu kredit, bank penjual yang
merupakan penerbit kartu kredit langsung menambah saldo rekening giro penjual
setelah dikurangi dengan credit card fee. Bank penerbit kartu kredit inilah
yang secara periodik akan melakukan penagihan kepada pemegang kartu kredit.
Prosedur penerimaan kas akan melibatkan beberapa
bagian dalam perusahaan yaitu bagian order penjualan, bagian kasa, bagian
gudang, bagian pengiriman, bagian penagihan, dan bagian jurnal. Tanggung jawab
fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas adalah sebagai berikut:
1). Fungsi penjualan
Fungsi penjualan bertanggung jawab untuk menerima
order dari pembeli, mengisi faktur penjualan, dan menyerahkan faktur tersebut
kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran barang ke fungsi kas.
2). Fungsi
kas
Fungsi kas bertanggung jawab sebagai penerima
pembayaran dari pembeli yang dapat berupa uang tunai, cek, atau kartu kredit.
Dalam penjualan kredit, fungsi kas menerima pembayaran dari fungsi penagihan,
kemudian menyetorkan kas yang diterima ke bank dalam jumlah penuh.
3). Fungsi
gudang
Fungsi gudang bertanggung jawab untuk menyiapkan
barang yang di pesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi
pengiriman.
4). Fungsi
pengiriman
Fungsi pengiriman bertanggung jawab untuk
membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah di bayar harganya kepada
pembeli.
5). Fungsi
akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab sebagai pencatat
transaksi penjualan dan penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu
piutang serta membuat laporan penjualan.
6). Fungsi
penagihan
Dalam penjualan kredit, fungsi penagihan ini
bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada para debitur perusahaan
berdasarkan daftar piutang yang di tagih yang di buat oleh bagian akuntansi.
b. Sistem dan prosedur pengeluaran kas
Dalam sistem pengeluaran kas terdapat dua sistem
akuntansi pokok yang biasa digunakan dalam pengeluaran kas yaitu sistem
akuntansi pengeluaran kas dengan cek dan sistem akuntansi pengeluaran kas
dengan uang tunai melalui dana kas kecil.
1). Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi
pengeluaran kas dengan cek adalah:
a). Bukti kas keluar
Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran
kas kepada bagian kasa sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Disamping
itu, dokumen ini berfungsi sebagai surat pemberitahuan yang di kirim kepada
kreditur, dan berfungsi pula sebagai dokumen sumber bagi pencatatan
berkurangnya hutang.
b). Cek
Cek merupakan dokumen yang digunakan untuk
memerintahkan bank melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau
organisasi yang namanya tercantum dalam cek.
c). Permintaan cek (Check Request)
Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari
fungsi yang memerlukan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi untuk membuat
bukti kas keluar.
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem
akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah jurnal pengeluaran kas (cash
disbursement journal) dan register cek (check register).
Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi
pengeluaran kas dengan cek adalah:
(1). Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas
Jika suatu fungsi memerlukan pengeluaran kas
(misalnya untuk pembelian jasa dan untuk perjalanan dinas), fungsi yang
bersangkutan mengajukan permintaan cek kepada fungsi akuntansi (bagian utang).
Permintaan cek ini harus mendapat persetujuan kepada fungsi yang bersangkutan.
Jika perusahaan menggunakan payable system, maka bagian utang kemudian membuat
bukti kas keluar (voucher) untuk memungkinkan kasa mengisi cek sejumlah
permintaan yang diajukan oleh fungsi yang memerlukan pengeluaran kas.
(2). Fungsi kas
Fungsi kas ini bertanggung jawab dalam mengisi cek,
meminta otorisasi atas cek, mengirimkan cek kepada kreditur atau melakukan
pembayaran melalui pemindahbukuan.
(3). Fungsi akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab atas:
(a). Pencatatan pengeluaran kas yang menyangkut
biaya dan persediaan.
(b). Pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam
jurnal pengeluaran kas atau register cek.
(c). Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan
otorisasi kepada fungsi kas dalam mengeluarkan cek sebesar yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi
kelengkapan dan keaslian dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan
bukti kas.
(4). Fungsi pemeriksaan intern
Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan
penghitungan kas (cash count) secara periodik dan mencocokkan hasil
penghitungannya dengan saldo kas menurut catatan akuntansi rekening kas dalam
buku besar. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan
secara mendadak (surprised audit) terhadap saldo kas yang ada di tangan dan
membuat rekonsiliasi bank secara periodik.
2). Sistem dana kas kecil
Sistem pengeluaran kas dengan uang tunai
dilaksanakan melalui dana kas kecil yang di selenggarakan dengan dua macam
sistem yaitu sistem saldo berfluktuasi (Fluctuating-Fund-Balance System) dan
sistem dana tetap (Imprest System). Baik dengan Fluctuating-Fund-Balance
System, maupun Imprest System, penyelenggaraan dana kas kecil dilaksanakan
melalui tiga prosedur yaitu:
a). Prosedur pembentukan dana kas kecil
Prosedur pembentukan dana kas kecil dimulai dengan
adanya surat keputusan dari direktur keuangan mengenai jumlah dana yang
disisihkan ke dalam kas kecil dan tujuan pembentukan dana tersebut. Dalam
sistem imprest, pembentukan dana kas kecil di lakukan dengan cek dan di catat
dengan mendebit rekening dana kas kecil. Saldo rekening dana kas kecil ini
tidak boleh berubah dari yang di tetapkan tersebut dinaikan atau dikurangi.
b). Prosedur
permintaan dan pertanggung jawaban pengeluaran dana kas kecil
Pengeluaran dana kas kecil di mulai dengan adanya
permintaan pengeluaran dana kas kecil oleh pemakai yang di tunjukkan kepada
pemegang dana kas kecil. Pemakai dana kas kecil berkewajiban mempertanggung
jawabkan pemakaian dana kas kecil dengan membuat pertanggung jawaban
pengeluaran dana kas kecil dalam formulir bukti pengeluaran kas kecil yang di
lampiri dengan bukti-bukti pendukungnya.
Dalam sistem imprest, bukti pengeluaran kas kecil
di lampiri dengan dokumen pendukungnya di simpan sementara oleh pemegang dana
kas kecil untuk digunakan nanti dalam pengisian kembali dana kas kecil.
Pengeluaran dana kas kecil tidak di catat dalam jurnal (sehingga tidak
mengkredit rekening dana kas kecil). Bukti-bukti pengeluaran dana kas kecil di
kumpulkan dalam arsip sementara yang di selenggarakan oleh pemegang dana kas
kecil. Dalam sistem fluktuasi, bukti pengeluaran kas kecil di serahkan oleh
pemegang dana kas kecil ke bagian jurnal untuk di catat dalam jurnal
pengeluaran dana kas kecil.
c). Prosedur pengisian kembali dana kas kecil
Dalam sistem imprest, pengisian kembali dana kas
kecil di lakukan sejumlah Rupiah yang tercantum dalam kumpulan bukti
pengeluaran kas kecil. Pengisian kembali dana kas kecil ini di lakukan dengan
cek dan di catat dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit rekening kas.
Rekening dana kas kecil tidak terpengaruh dengan pengeluaran kas kecil.
Dengan demikian pengawasan terhadap dana kas kecil
mudah dilakukan dengan secara periodik atau secara mendadak menghitung dana kas
kecil, jumlah uang yang di tambah dengan permintaan pengeluaran kas kecil yang
belum di pertanggung jawabkan bukti pengeluaran dana kas kecil, harus sama
dengan rekening dana kas kecil yang tercantum dalam buku besar. Dalam sistem
fluktuasi, jika dana kas kecil sudah menipis saldonya, maka pemegang kas kecil
mengisi formulir permintaan pengisian kembali dana kas kecil.
Dokumen yang digunakan dalam sistem dana kas kecil
adalah bukti kas keluar, cek, permintaan pengeluaran kas kecil, dan permintaan
pengisian kembali kas kecil. Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem dana
kas kecil adalah jurnal pengeluaran kas (cash disbursement journal), register
cek, dan jurnal pengeluaran dana kas kecil.
Fungsi yang terkait dalam sistem dana kas kecil
adalah:
(1). Fungsi kas
Fungsi kas ini bertanggung jawab dalam mengisi cek,
meminta otorisasi atas cek, dan menyerahkan cek kepada pemegang dana kas kecil
pada saat pembentukan dana kas kecil dan pada saat pengisian kembali dana kas
kecil.
(2). Fungsi akuntansi
Fungsi akuntansi ini bertanggung jawab atas:
(a). Pencatatan
pengeluaran kas kecil yang menyangkut biaya dan persediaan.
(b). Pencatatan transaksi pembentukan dana kas
kecil.
(c). Pencatatan pengisian kembali dana kas kecil
dalam jurnal pengeluaran kas atau register cek.
(d). Pencatatan pengeluaran dana kas kecil dalam
jurnal pengeluaran dana kas kecil (dalam sistem fluktuasi).
(e). Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan
otorisasi kepada fungsi kas dalam mengeluarkan cek sebesar yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi
kelengkapan dan keaslian dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan
bukti kas keluar.
(3). Fungsi pemegang dana kas kecil
Fungsi ini bertanggung jawab atas penyimpanan dana
kas kecil, pengeluaran dana kas kecil sesuai dengan otorisasi dari pejabat
tertentu yang ditunjuk, dan permintaan pengisian kembali dana kas kecil.
(4). Fungsi yang memerlukan pembayaran tunai.
(5). Fungsi pemeriksaan intern
Fungsi ini bertanggung jawab atas penghitungan dana
kas kecil (cash count) secara periodik dan pengcocokkan hasil penghitungannya
dengan catatan kas. Fungsi ini juga bertanggung jawab atas pemeriksaan secara
mendadak (surprised audit) terhadap saldo dana kas kecil yang ada di tangan
pemegang dana kas kecil.
Aktivitas yang harus ada dalam sistem dan prosedur
penerimaan kas dari penjualan tunai menurut (Mulyadi dan Kanaka, 1998:14)
adalah sebagai berikut:
1). Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari
fungsi akuntansi.
2) Penerimaan
kas di otorisasi oleh fungsi penerimaan kas dengan cara membubuhkan cap “lunas”
pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas yang di terima
pada faktur tersebut.
3). Jumlah
kas yang di terima dari penjualan di setor seluruhnya dengan segera ke bank.
4). Penghitungan
saldo kas yang ada di tangan fungsi penerimaan kas secara periodik dan secara
mendadak oleh fungsi audit intern.
5). Setiap
hari diadakan pembacaan pita register kas oleh fungsi audit intern dan diadakan
pencocokkan antara pita register kas tersebut dengan jumlah kas yang di terima
dari penjualan.
6). Secara
periodik diadakan rekonsiliasi bank oleh fungsi yang tidak menyelenggarakan
catatan akuntansi dan yang tidak menerima kas.
Unsur pengendalian intern dalam prosedur penerimaan
kas dari penjualan kredit menurut (Mulyadi, 2001 : 493) antara lain adalah:
1). Fungsi
akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas.
2). Fungsi
penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
3). Debitur
di minta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara
pemindahbukuan (giro bilyet).
4). Fungsi
penagihan melakukan penagihan atas dasar daftar piutang yang harus di tagih
yang di buat oleh fungsi akuntasi.
5). Pengkreditan
rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi harus didasarkan atas surat
pemberitahuan yang berasal dari debitur.
6). Hasil
penghitungan kas di rekam dalam berita acara penghitungan kas dan disetor penuh
ke bank dengan segera.
Aktivitas pengendalian yang harus ada dalam
prosedur pengeluaran kas menurut (Mulyadi dan Kanaka, 1998 : 137) adalah:
1). Penanda
tanganan cek harus mereview bukti kas keluar dan dokumen pendukungnya.
2). Pembubuhan cap lunas terhadap bukti kas keluar
yang telah di bayar beserta dokumen pendukungnya.
3). Pengecekan secara independen antara cek dengan
bukti kas keluar.
4). Pertanggung jawaban semua nomor urut cek.
5). Pengecekan secara independen posting ke dalam
catatan akuntansi.
6). Rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak
ketiga yang independen.
7). Pengecekan
secara independen terhadap tanggal yang tercantum dalam bonggol cek dan tanggal
pencatatannya.
Menurut (Mulyadi, 2001 : 519) menyatakan bahwa:
Sistem pengendalian intern yang baik dalam sistem
kas mensyaratkan agar di libatkan pihak luar (bank) ikut serta dalam mengawasi
kas perusahaan dengan cara sebagai berikut:
1). Semua
penerimaan kas harus di setor penuh ke bank pada hari yang sama dengan
penerimaan kas atau pada hari kerja berikutnya. Selain itu tidak diperkenankan
melakukan pengeluaran kas dari kas yang di terima dari sumber-sumber tersebut.
Dengan demikian catatan penerimaan kas dalam jurnal penerimaan kas dapat di
rekonsiliasi dengan catatan setoran ke bank yang tercantum dalam rekening koran
bank.
2). Semua pengeluaran kas di lakukan dengan cek.
Pengeluaran kas dengan cek dapat menjamin di terimanya
pembayaran tersebut oleh perusahaan yang berhak menerimanya dan memungkinkan di
libatkanya pihak ketiga (dalam hal ini bank) untuk ikut mengawasi pengeluaran
kas perusahaan. Catatan kas perusahaan dapat di cek ketelitiannya dengan cara
membandingkannya dengan rekening koran bank yang di terima secara periodik dari
bank kepada perusahaan.
3). Pengeluaran
kas yang tidak dapat di lakukan dengan cek (karena jumlahnya kecil), hal ini
dilakukan melalui dana kas kecil yang di selenggarakan dengan imprest sistem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar